Kembali lagi ke atas

PENCARIAN

PERAWATAN BONSAI YANG SUDAH JADI

08:21 Edit This

Untuk pruning (mencukur daun), bisa kita lihat ketika daun tuanya sudah ada yang menguning atau kelihatan agak kusam. Hal ini bisa dilakukan dengan 2 cara yaitu menggunting atau mencabut. Paling bagus pruning dengan cara ke 2, yaitu bertahap mencabut daun tuanya. Caranya ketika mencabut daun tua agar tidak tercabut satu kelompok daunnya, tangan kiri pegang erat pangkal kelompok daunnya dan tangan kanan mencabut daun tuanya satu per satu dan sisakanlah daun mudanya.

Kalau dengan cara ke 1, guntinglah daun tuanya diatas pangkal daun -+ 1 cm. Hal ini untuk memancing keluarnya tunas baru dari sisa daun tua ini. Sayangnya kalau dengan cara gunting bekas guntingannya akan jadi warna kecoklatan, sangat tidak sedap dipandang dan akan beberapa bulan baru bisa rontok. Supaya ranting dan daunnya tetap pendek dan rapat (supaya bentuknya tidak kacau atau membengkak), lakukanlah:

1. Tiap tahun harus bertahap mencabut daun tuanya.
2. 2-3 tahun sekali harus memotong pendek ranting, anak ranting, dan tunas barunya. Hal ini demi menjaga bentuk yang sudah jadi supaya jangan membengkak. Biasanya tunas baru yang keluar secara alami setahun sekali dan sekali muncul ada 2-3 tunas. Buanglah tunas yang sangat subur (besar) dan yang sangat lemah (kecil) dengan menggunting dari pangkalnya. Tinggalkan tunas yang tumbuhnya sedang, lalu biarkan tunas baru ini sampai keluar daun barunya. Barulah kemudian dipotong pendek sesuai panjang yang kita inginkan. Setelah kurang lebih 2 minggu pemotongan, dari bekas potongan akan timbul tunas yang kedua. Kalau perlu lakukan cara yang sama pada tunas kedua, sehingga kita akan mendapatkan tunas ketiga. Nah tunas kedua dan ketiga inilah akan menjadikan ranting dan daun black pine yang pendek. Teori ini sama dengan jenis pohon bonsai yang kalau tumbuh di alam bebas daunnya besar, tetapi setelah dijadikan bonsai yang ditanam dalam pot dengan beberapa kali mencukur daunnya, maka daunnya menjadi kecil seperti Sancang (Phemna Microphylla), Beringin Karet (Ficus Ratusa), dsb.
3. Ketika tunas baru sudah mekar daunnya, jangan memotong atau membuang terlalu banyak ranting-rantingnya, karena pada waktu ini dari luka pemotongan akan banyak mengeluarkan terpentennya (getah), sehingga bisa mematikan pohon. Waktu yang paling baik untuk membentuk dan menggunting ranting-ranting adalah pada saat pohon mulai kelihatan daun tuannya (ada yang kuning/kusam). Hal ini menunjukkan pohon ini dalam keadaan berhenti pertumbuhan dan sedang menyimpan energi, serta siap untuk mengeluarkan tunas barunya. Jadi pada masa ini lebih aman bagi black pine untuk dilakukan pruning dengan cara cabut atau gunting, serta melakukan pengurangan/pemotongan ranting-rantingnya, karena pohon ini sedang kuat-kuatnya.
Demikian informasi dari saya tentang perawatan bonsai yang sudah jadi yang dapat saya sampaikan, semoga berguna dan dapat menambah pengetahuan anda.




Perawatan Bonsai Black Pine

Proses merepoting bonsai pada black pine adalah cukup 3-4 tahun sekali, karena akar black pine lambat pertumbuhannya. Kalau kurang dari 2 tahun direpoting akarnya belum cukup tua. Kalau lebih dari 4 tahun tidak direpoting maka akarnya akan terlalu padat dalam pot. Hal ini akan menghambat pertumbuhan dan kesuburannya.

Cara merepoting adalah setelah mengeluarkan bonsai dari pot, maka akan kelihatan gumpalan akar yang sudah menyatu dengan tanahnya. Buanglah 1/3 sekeliling pinggir gumpalan ini dengan cara mengorek tanah dan menggunting akarnya yang sudah terlalu panjang,. Lalu tanam kembali dalam pot dengan media yang diceritakan di atas, dengan cara dikorek, ujung akar lama akan bisa langsung masuk ke dalam dan menyatu dengan media baru. Hal ini akan lebih menjamin hidupnya setelah direpoting. Dan jangan sekali-sekali merepoting dengan memotong atau menggergaji gumpalan tanah dan akarnya rata seperti memotong kue lalu ditanam kembali. Cara ini menjadi gumpalan akar dan tanah yang lama dikelilingi (dibungkus) oleh media baru, sehingga akan menimbulkan panas yang tidak tersalurkan dalam gumpalan dan akhirnya membuat akar menjadi busuk.

Menurut pengalaman saya menanam black pine, jangan merepoting bersamaan dengan mencukur daunnya. Ada kejadian ketika karyawan kebun saya tidak melaksanakan petunjuk yang saya ajarkan. Ketika saya keluar kota dan tidak menyaksikan kerjanya, karyawan tersebut merepoting dan mencukur secara serentak. Sehingga menyebabkan beberapa pohon black pine setengah jadi menjadi mati.

Di Indonesia yang 2 musim ini, waktu paling baik untuk merepoting black pine adalah antara akhir musim kemarau dan awal musim hujan (sekitar awal September), tetapi harus juga melihat kondisi black pine. Pohon tersebut harus dalam kondisi tunas baru mulai muncul dan belum mekar daunnya. Kalau daunnya sudah mekar maka pohon akan lemah, dan resiko repoting menjadi besar.

Demikian informasi dari saya tentang Perawatan Bonsai Black Pine yang dapat saya sampaikan semoga berguna dan dapat menambah pengetahuan anda.


Baca Selengkapnya...

APA ITU BONSAI....

08:19 Edit This

Hampir semua orang sudah tak asing dengan kata “bonsai”, tapi hanya sedikit yang mengerti apa itu bonsai?. Bila kita mendengar kata bonsai, yang terbayang adalah sesuatu yang kerdil, bahkan tidak sedikit orang mengistilahkan kata bonsai sebagai kata kerdil. Begitu juga banyak penggemar dan pedagang bonsai yang mengerdilkan tanaman dengan maksud menjadikannya tanaman bonsai, tanpa mengetahui kriteria bonsai yang sebenarnya. Akibatnya banyak bakalan (bahan dasar) bonsai yang sebenarnya memiliki potensi bagus menjadi kurang bernilai (seni) karena perlakuan dan perawatan yang terlanjur salah. Bonsai berasal dari China, dan dikembangkan oleh jepang.

Bonsai dalam bahasa Jepang secara harfiah berarti tanaman dalam pot, oleh karenanya setiap bonsai selalu ditanam dalam pot, tetapi tidak semua tanaman dalam bisa pot disebut bonsai.

Ada tiga kretiria bonsai yang paling mendasar dan mutlak dipenuhi yaitu ukuran, bentuk dan umur. Ukuran bonsai adalah kerdil atau relatif kecil, dengan tinggi antara 5 cm sampai degan 150 cm. Bonsai setinggi 150 cm dapat dikatakan kerdil apabila tanaman sejenisnya yang tumbuh di alam bebas bisa mencapai belasan atau puluhan meter, seperti beringin atau asam jawa, tetapi ”bonsai” setinggi 30 cm tidak bisa dikatakan kerdil apabila tanaman sejenisnya yang tumbuh normal di alam bebas hanya bisa mencapai tinggi maksimal 1,5 m, seperti soka atau tanaman semak lainnya.

Untuk memenuhi kriteria ukuran tersebut harus dilakukan pengerdilan yang antara lain memotong ujung batang/pucuk, ditanam pada media yang terbatas (dalam pot kecil), pemangkasan akar secara berkala, terus menerus membuang tunas yang baru tumbuh (bud nipping) dan diletakkan pada tempat yang mendapat cahaya matakari penuh. Bentuk bonsai harus indah dan wajar (alami), harus mengacu pada bentuk tanaman sejenisnya yang tumbuh di alam bebas. Pada umumnya tajuk bonsai berbentuk segi tiga asimetris. Antara batang, cabang dan ranting ada keseimbangan pertumbuhan sehingga enak dipandang. Ada lima gaya dasar bonsai yaitu tegak lurus (chokkan), tegak berliku (tachiki), miring (shakan), setengah menggantung (hankengai) dan menggantung (kengai). Bonsai memiliki sisi depan dan belakang.

Sisi depan harus dapat memperlihatkan keindahan semua bagian dari bonsai yang bersangkutan, mulai dari akar, batang, dahan, ranting dan daun. Hal ini perlu diperhatikan sehingga bonsai tidak ditempatkan membelakangi orang yang melihatnya. Bonsai yang baik bukan cuma miniatur pohon dengan daun yang rimbun, tetapi harus bisa tampil ”telanjang”, tanpa daun sehingga nampak jelas susunan batang, cabang, ranting dan subranting dengan penyebaran yang teratur, indah, alami dan harmonis.

Untuk menyempurnakan bentuk bonsai diperlukan training, meliputi pengawatan (wiring), pemangkasan bagian batang, cabang dan ranting yang tidak diperlukan (prunning), membuang tunas dan daun baru yang tidak diperlukan agar tetap rapi (trimming) dan penyempurnaan bentuk pohon (koreksi).

Karena bonsai adalah makhluk hidup, maka bonsai sering dikatakan sebagai karya seni yang belum selesai, karenanya bonsai akan terus memerlukan training sepanjang hidupnya.
Umur bonsai harus tua atau tampak tua. Bisa saja umur bonsai cuma belasan tahun, tapi bisa nampak berumur ratusan tahun, hal ini dimungkinkan dengan penuaaan (ageing). Cara penuaan antara lain dengan memaksa dahan dan ranting tumbuh mendatar atau agak menurun, akar-akar pada pangkal batang ditonjolkan agar nampak menjalar di permukaan tanah, mematikan sebagian batang/cabang (jin) atau membuat lubang/rongga pada batang (uro) agar nampak seperti pohon tua yang sebagian batang/canagnya sudah mati dan lapuk karena usia.

Semua kegiatan pada pengerdilan, training dan penuaan harus dilakukan dengan cara dan teknis yang benar agar bonsai tidak menjadi rusak bahkan mati karena kesalahan tersebut.
Pengerdilan, training dan penuaan memerlukan waktu yang lama, bahkan hasil yang diharapkan pada ketiga kegiatan tersebut belum tentu nampak dalam waktu dua atau tiga bulan, oleh karenanya diperlukan kesabaran, ketekunan dan sedikit rasa seni agar tercipta bonsai yang benar-benar bonsai. Memelihara banyak bonsai jauh lebih baik dari pada memelihara satu atau dua bonsai, karena dapat mengurangi rasa bosan waktu menunggu hasil yang diharapkan.

Jenis Tanaman Tidak semua jenis tanaman dapat dijadikan bonsai, taaman yang cocok adalah yang memenuhi syarat :
1. Dapat hidup pada tempat dengan media terbatas (pot kecil).
2. Berumur panjang, puluhan bahkan ratusan tahun.
3. Pertumbuhannya lambat sehingga tidak cepat berubah.
4. Berdaun kecil, rimbun dan tidak mudah rontok.
5. Batang lebih cepat membesar dan tidak cepat meninggi.
6. Secara alami sudah memiliki bentuk yang indah.
7. Tahan dan mudah ditraining.
8. Merupakan tanaman berkayu (berbatang keras).
Selain syarat-syarat tersebut, ada beberapa jenis pohon yang memiliki kelebihan sebagai
bakal bonsai seperti :
1. Memiliki akar tunjang (sulur), seperti beringin.
2. Memiliki permukaan kulit (tekstur) menarik seperti pinus dan asam jawa.
3. Memiliki bentuk batang yang berliku, indah secara artistik-dekoratif seperti cemara udang.
4. Memiliki buah kecil yang berwarna warni seperti murbai, jeruk kingkit dan kemuning.
5. Memiliki bunga yang indah.
• Media Tanam dan Pot
Secara umum media tanam bonsai adalah campuran pasir, tanah dan humus dengan perbandingan sama (1:1:1). Untuk tanaman tertentu yang memerlukan komposisi berbeda bisa disesuaikan, misalkan untuk jenis cemara (Juniperus) memerlukan 3 bagian pasir dan 2 bagian humus. Pot merupakan bagian penting dari bonsai, harus ada kesesuaian ukuran, bentuk dan warna pot dengan bonsainya. Untuk bonsai bergaya tegak lurus dan tegak berliku cocok dengan pot dangkal berbentuk bulat atau persegi panjang. Untuk bonsai bergaya miring cocok dengan pot dangkal berbentuk persegi panjang atau oval. Untuk pot dangkal, tinggi pot kurang lebih sama dengan diameter pangkal batang bonsainya. Untuk bonsai bergaya setengah menggantung dan menggantung cocok dengan pot tinggi berbentuk bulat atau persegi.

Perawatan Seperti tanaman pada umumnya bonsai memerlukan perawatan meliputi penyiraman, penyiangan gulma, pemupukan, pergantian media tanam dan pergantian pot. Karena media tanam terbatas, maka unsur hara untuk bonsai harus dipenuhi dengan pemberian pupuk. Bila menggunakan pupuk anorganik, sebaiknya pakai pupuk lengkap berbentuk tablet (slow release) seperti Dekaform, agar terhindar dari kelebihan dosis yang bisa berakibat kematian bonsai atau menggunakan pupuk daun seperti Gandasil dengan dosis setengah dari anjuran di kemasannya. Apabila media sudah mengeras, akar banyak melingkar di sepanjang pinggir pot dan pertumbuhan bonsai melambat, maka diperlukan pergantian media tanam bersamaan dengan pemangkasan akar.

Setiap pemangkasan akar harus diimbangi dengan pemangkasan daun agar penyerapan air oleh akar berimbang dengan penguapan air lewat daun. Dengan perawatan yang benar dan teratur serta training yang berkesinambungan, maka terciptanya bonsai yang baik dan bernilai tinggi bukanlah suatu yang mustahil, bonsai akan berumur panjang, bahkan bisa lebih panjang dari umur pemiliknya.

Demikian informasi dari saya tentang Apa Itu Bonsai? Yang dapat saya sampaikan, semoga berguna dan dapat menambah pengetahuan anda.


Baca Selengkapnya...

BONSAI TU INDAH

21:21 Posted In Edit This

Keindahan bonsai tak lepas dari syarat dasar tanamannya. Syarat dasar tanaman bonsai adalah memiliki batang yang keras dan berumur panjang untuk proses pembentukan. Bambang Hermanto dari Juanda Bonsai berbagi pengalaman tentang syarat dasar tanaman bonsai yang baik.

Ada beberapa favorit jenis tanaman yang biasa digunakan oleh pebonsai sebagai syarat dasar tanaman bonsai. Diantaranya adalah jeruk kikit, asem jawa, beringin, dan sentigi. Dari beberapa jenis yang digunakan, sentigi mempunyai daya tahan lebih baik untuk proses pembentukan bonsai dibandingkan jenis lainnya. Pasalnya, asal tumbuhan keras ini ada di pesisir pantai dengan kondisi yang ekstrim.
Faktor daya tahan yang dimiliki jenis sentigi inilah, maka sentigi sering jadi pilihan penghobi, kolektor, dan pembibit. Ini dikatakan Bambang Hermanto, pemilik Juanda Bonsai di Surabaya, yang lebih menyukai tanaman sentigi untuk dikerjakan menjadi bonsai. Ia memilih sentigi sejak.....
tahun 1987. Setelah merasa cocok dan berhasil mengembangkan bonsai dari sentigi, ia pun tak bisa ke lain hati. “Sentigi punya daya tahan yang baik dan gerakan yang bagus. Jadi, cocok dengan karakter saya,” imbuh Bambang.


Dilihat dari asal tanaman ini, memang bisa dipastikan kalau sentigi bisa hidup dalam iklim apapun, baik panas maupun dingin. Apalagi untuk kondisi daerah yang panas, terutama di kota besar seperti Surabaya dan Jakarta. Selain mudah dalam perawatan, sentigi juga mempunyai pola gerakan yang bagus, tertutama dari kelenturan batang dan karakter daun yang kecil. Potensi dasar yang sudah dimiliki sangat memudahkan para pebonsai untuk melakukan pengerjaan sesuai dengan keinginan mereka. Dengan mengambil pilihan untuk bonsai sentigi, Bambang mengaku hasil yang didapatkan tidak lagi konvensional. Salah satunya di tunjukkan dari koleksi sentigi bunjin gascado atau dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai gerakan tarian ke atas dan terjun ke bawah.


Dari koleksi tersebut terlihat bahwa karakter batang, dahan, dan ranting yang memanjang diolah, sehingga terlihat pohon sedang menari. Kemudian di salah satu dahan ada yang mengarah ke bawah dengan gerakan melingkar, sehingga disebut terjun.


Koleksi lainnya yang diperkenalkan adalah bunjin slanting yang berarti tarian yang condong. Nama tersebut cocok, sebab dari karakter tarian yang khas diperkuat dengan munculnya dahan besar yang condong ke luar dari pot dan meliuk ke atas kembali lagi ke pusat. Dari beberapa koleksi yang dimiliki, terlihat bahwa pria yang baru mendapatkan putra keduanya awal Agustus ini menyukai gerakan tarian dalam pengolahan bonsainya. Selain itu juga didukung oleh jenis sentigi yang memperkuat karakter bonsai miliknya.

Menurut Bambang, aliran di dunia bonsai sendiri terdiri dari beberapa karakter, tapi biasanya dipisahkan sebagai konvensional dan non konvensional. Untuk aliran konvensional biasanya menggunakan pohon beringin dengan bentuk mirip payung.



Sedangkan untuk non konvensional akan mengambil beberapa teknik gerakan baru seperti tarian maupun patahan. “Semua teknik sebenarnya sama saja, asalkan hasil akhirnya proporsional dan bisa menimbulkan perasaan teduh bagi yang melihat,” tandasnya.

Perawatan Mudah

Sentigi berasal dari beberapa daerah kepulauan yang tersebar di hampir seluruh Indonesia dan beberapa kepulauan tropis di dunia, seperti Sulawesi Selatan dan negara Afrika. Dengan habitat awal yang berada di wilayah pesisir, menjadikannya sebagai tanaman yang bisa tumbuh dimana saja, meski dengan perawatan dan perlakuan biasa.

Wajar apabila perawatan yang dilakukan tidak terlalu sulit, asalkan terpenuhi tiga unsur penting, yaitu air, angin, dan panas yang kuat. Ketiga unsur tersebut mutlak dipenuhi untuk mendapatkan pertumbuhan yang maksimal. Bahkan, masih kata Bambang, sentigi bisa bertahan dengan siraman air yang mengandung unsur garam lebih.

Itu bisa kita lihat di lokasi nurseri miliknya di kota Surabaya, dimana air tanahnya sedikit asin. Selain itu udara yang ada, banyak mengandung polusi dari banyaknya kendaraan yang melintas di dekat nurserinya. Namun itu menjadikan satu keuntungan tersendiri. “Sinar matahari dan hembusan angin yang kuat dibutuhkan oleh sentigi,” kata Bambang singkat.

Untuk media tanam yang digunakan cukup sederhana, yaitu dengan komposisi dominasi pasir Malang dan pupuk kandang. Pemilihan pasir memang sengaja diambil, karena dilihat dari habitat asli tanaman ini yang berada di pesisir pantai, sehingga kandungan pasirnya cukup besar.

Secara rutin media tanam harus disiram dan dijaga agar tetap basah. Ini dilakukan untuk menghindari tanaman kekurangan air. Yang perlu diingat adalah sinar matahari mutlak diperlukan, sehingga disarankan untuk meletakkan tanaman ini di luar ruangan.

Penyakit jadi satu hal yang ditakutkan oleh penghobi tanaman hias, termasuk bonsai sentigi. Hama utama yang sering menyerang adalah kutu merah dan ulat yang bisa menghabiskan daun serta menyerang batang. Pada tingkat berat, bonsai yang Anda miliki bisa saja mati.

Langkah awal yang dilakukan bila bonsai Anda terkena hama antara lain memisahkan bonsai dengan koleksi lainnya. Ini dilakukan untuk menghindari penularan. Bila hanya satu atau dua tanaman yang terserang sebaiknya dilakukan pembersihan tanpa bahan kimia. Caranya, tentu Anda harus melihat satu persatu bagian bonsai dan membuang kutu dan ulat.

Namun bila serangan hama sudah parah dan menyebar pada koleksi bonsai lainnya, cara terakhir tentu dengan menggunkan pestisida. Jangan lupa untuk menggunakannya sesuai dosis, sebab bila berlebih bisa menyebabkan hama tersebut kebal dan lebih sulit untuk dibasmi.

Baca Selengkapnya...

SEJARAH BONSAI

21:40 Posted In Edit This


Ada 4 ukuran bonsai yang biasa dipakai, yaitu miniatur, kecil, sedang, dan rata-rata. Miniatur biasanya berukuran tinggi sekitar 5 cm. Umumnya bonsai miniatur disiapkan dalam waktu sekitar 5 tahun. Bonsai kecil biasanya mempunyai tinggi antara 5 sampai 15 cm dan memerlukan persiapan sekitar 5-10 tahun. Bonsai ukuran sedang mempunyai tinggi antara 15 sampai 30 cm, dan bonsai rata-rata mempunyai tinggi 60 cm dengan waktu perisapan sekitar 3 tahun.


Baca Selengkapnya...

BONSAI

06:47 Posted In Edit This


“Bonsai bukan produk suka-suka, tapi karya seni yang ada di dalam koridor. Itu untuk meluruskan mitos kalau bonsai tak sekedar koleksi bergengsi,” kata Anggota Tim Juri Kontes Bonsai Indonesia, Wawang Sawala.
Draft dan teknik penjurian bonsai penting diketahui, terutama bagi penghobi pemula. Tokoh bonsai dan juga anggota tim juri, Wawang Sawala, akan memandu artikel ini, sejalan juga dengan bagaimana teknik penjurian Ia juga memberikan beberapa tips bagaimana mendapatkan poin tinggi dalam kontes, dengan mendekatkan pada draft yang ada.
Memang tak ada yang bisa menyalahkan bila kita menyebutkan, kalau bonsai sebagai produk suka-suka. Sebab, bonsai yang dibuat merupakan satu bentuk ekspresi yang kita tuangkan dalam bentuk tanaman. Jadi apapun bentuknya, pasti berdasakan selera dari pemilik yang tentu tak bisa disalahkan.

Anggapan ini tentu bisa saja benar, dengan syarat bahwa karya bonsai yang dimiliki untuk dinikmati sendiri, bukan untuk diikutkan dalam lomba. Sebab, saat masuk dalam lomba atau kontes akan ada aturan baku yang mengatur bagiamana bonsai yang bagus dan layak jadi juara. Pedomannya ada pada draft penjurian yang nantinya akan memberikan nilai dari produk tersebut.

“Aturan dibuat untuk memberikan pedoman mana produk yang baik dan layak juara,” tandas Wawang yang sudah menggeluti bonsai dari tahun 70-an.
Secara garis besar, draft penjurian terdiri dari empat sub, yaitu:
Gerak Dasar
Pada item ini bonsai akan dinilai dari arah pergerakan, mulai dari akar hingga ujung batang dengan fokus penilaian di bagian akar dan batang. Di sini, akan dinilai bagaimana gerakan tanaman dari tiga poin, yaitu gaya, karakter, dan alur gerak. Untuk gaya adalah penilaian bonsai menurut gaya yang sesuai dengan kriterianya.
Contohnya, gerakan ke atas – tegak – lurus, maka yang baik adalah mempunyai bentuk mengerucut, dimana bagian batang bawah lebih besar dan mengecil di bagian ujungnya. Itu sama halnya dengan gaya menyamping harus ada keseimbangan yang bisa dilihat dari bagian akar yang mendukung gerakan itu.
“Bila gaya menyamping ke kanan, maka bagian akar sebelah kanan batang harus lebih kokoh untuk menyangga batang. Di situ, gerakan yang muncul memang menyesuaikan dengan apa yang terjadi di alam,” ujar Wawang.
Di poin karakter, menonjolkan kekuatan dari jenis tanaman. Diantaranya, dari ketuaan batang. Penilaiannya dari karakter atau watak yang berbeda di setiap jenis yang terlihat dari ciri anatominya. Di bagian ini memang akan memberikan nilai lebih untuk jenis asam jawa maupun santigi yang mempunyai karakter batang pecah dan tua. Bentuk tua ini yang akan memberikan nilai lebih saat penjurian.
Poin terakhir adalah alur gerak yang terdapat di seluruh anatomi, mulai dari akar sampai mahkota. Penilaian juga termasuk dalam bonsai yang mempunyai batang lebih dari satu, baik twin, triple atau grouping. Di sini, karakter gerakan jadi poin penting. Contohnya, pada gaya in-formal alur gerak yang baik lekukan batang tak hanya menyamping ke kanan atau ke kiri, tapi juga bisa ke depan dan ke belakang. Untuk gerakan seperti ini nilainya akan jauh lebih besar.
Kematangan
Di sub penjurian, kematangan yang diutamakan adalah proses hasil akhir dari tanaman, baik dari anatomi maupun pembuatannya. Konsentrasi penilaian ada pada cabang, ranting, dan daun. Untuk poin pertama adalah tahapan, fokus pada perjalanan hidup bonsai sesuai dengan anatominya.
Kriteria penilaian sendiri ada 5 berdasarkan kelengkapan anatomi, yaitu bayi yang hanya memiliki akar dan batang, kemudian anak dengan akar, batang dan cabang. Selanjutnya, remaja yang ditandai dengan munculnya ranting. Pada remaja, selain cabang muncul juga ranting dan anak ranting. Terakhir adalah tua, dimana struktur tanaman sudah lengkap dari akar, batang, cabang, ranting, anak ranting, dan beberapa bagian lainnya.
Poin selanjutnya adalah keseimbangan anatomi. Di sini, bonsai semakin tua ukuran maupun diameter anatomi, akan makin seimbang dan lengkap. Pada poin ini akan memberikan nilai tinggi di anatomi tanaman yang tua. Indikatornya, menurut Wawang, bisa dilihat dari ukuran cabang dibandingkan batang. Bila ukuran proporsional, artinya cabang tak terlalu kecil dibandingkan batang, maka indikator seimbang sudah dimiliki.
“Kalau batang sebesar badan manusia cabang setidaknya sebesar paha, jadi bentuknya simbang. Jadi, ukuran bonsai bukan jaminan mendapatkan nilai tinggi di bagian ini bila kelengkapan anatomi tak seimbang,” ungkap Wawang.
Ketiga adalah poin dimensi yang menggambarkan ukuran ruang dari bonsai itu. Sebab, bonsai merupakan karya seni tiga dimensi yang menempati tiga orientasi. Jadi, adanya kesan luas yang dicirikan dari gerakan batang, cabang maupun ranting sangat penting dimiliki.
Untuk komposisi yang jadi poin terakhir menggambarkan tata letak dan susuan satu atau beberapa obyek dalam satu ruang tertentu. Tujuannya, untuk menggambarkan satu-kesatuan yang harmonis, termasuk ukuran obyek itu.
“Contohnya, bonsai dengan gaya miring ke kanan, akan baik bila diletakkan di sebelah kiri dari pot agar seimbang. Konsepnya seperti memasukan foto dalam frame dan membuatnya jadi indah untuk dilihat,” jelas Wawang.
Keserasian
Fase ini dibagi atas tiga poin, yaitu kesehatan, peletakan di wadah/pot, dan kesan tua. Untuk poin pertama kesehatan di sini jelas memperlihatkan aspek fisiologis tanaman terkena penyakit atau tidak saat dilakukan kontes. Meski hanya sedikit bagian yang hidup – tapi bila kesehatan baik – maka nilai di bagian ini bisa tinggi.
“Sama halnya dengan daun yang sengaja dirontokkan bisa dinilai sehat, karena mencirikan tumbuh saat musim meranggas atau musim gugur. Jadi, nilai tetap bisa tinggi,” ujar Wawang.
Pada penempatan di pot, menitik-beratkan pada perspektif yang jadi jarak pandang, proporsi dan harmoni, sehingga memilih ukuran dan desan pot akan menentukan penilaian di bagian ini. Untuk bonsai yang punya karakter kekar dan maskulin, akan lebih menarik diberikan pot dengan bentuk yang tajam, seperti segi enam. Begitu juga dengan ukuran pohon dan pot harus sesuai
Kesan tua di sini adalah penampilan karakter dari tekstur kulit atau kayu di setiap anatomi sesuai rentang perjalanan hidupnya dengan warna yang alami. Jadi, aksesori seperti cat harus diminimalkan, agar kesan alami lebih terlihat tanpa ada yang ditutupi.
Penjiwaan
Ada tiga hal yang diambil, yaitu keseimbangan optik, realitas alam serta kesan, dan pesan. Untuk keseimbangan optic, jelas bahwa bonsai harus enak dilihat dari sudut pandang yang diinginkan oleh pemilik. Di situ, menitik-beratkan pada pengolahan rasa dan hal-hal yang tersirat. Selanjutnya adalah realitas alam yang berhubungan dengan gerakan dari bonsai. Contohnya, bonsai yang tumbuh di atas tebing batu harus mempunyai gerakan yang selaras dan mencerminkan lokasi hidup secara lengkap.
Unsur utama yang mempengaruhi adalah sumber air dan matahari. Di realitas alam, juri akan melihat ada-tidaknya kejangggalan dari karya yang dibuat. Contohnya, tajuk yang langsung terkena sinar matahari harus punya ukuran lebih besar dibandingkan tajuk terhalang sinar. Sebab, matahari akan mempercepat pertumbuhan daun, sehingga volume-nya akan lebih besar.
“Di bagian terakhir, yaitu pesan kesan jadi yang paling sulit, karena juri dituntut untuk menangkap keinginan dari pemilik. Namun untuk pebonsai yang pintar, emosi saat pembuatan akan terlihat dari setiap detail karya. Di situ, makin kuat emosi yang terlihat, nilai akan makin besar,” terang Wawang.
anda ingin artikel tentang ini silakan klik di sini
Baca Selengkapnya...

Designe By Pay Wong Bulaks. Thanks to Kang Rohman yang memberi tahu ku